Agama dan Kepercayaan Lokal Nusantara
Setidaknya telah ada dua kali diskusi membincang isu besar tentang kearifan lokal, agama dan kepercayaan di Nusantara. Deli Art Community dalam program Diskusi Kebudayaan telah menyelenggarakan tema itu untuk tahun 2021.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan budaya tak benda yang sangat melimpah. Sebuah pertanyaan yang menggugah kita semua, apakah kearifan lokal yang konon sarat dengan muatan nilai-nilai keluhuran mampu menjawab tantangan zaman yang mengagungkan modernitas yang dikuasai oleh paham kapitalisme yang mengedepankan nilai-nilai individualisme dan konsumerisme yang berakibat rusaknya lingkungan hidup, penumpukan kekayaan pada ologarki dan kebenaran tunggal? Sebagian dari masyarakat dunia jenuh berhadapan pada modernitas, mencoba mencari arah dengan kembali menggali nilai-nilai pada ajaran kepercayaan kuno dengan harapan menemukan keharmonisan dengan alam.
Atas dasar itu, diskusi pertama pun digagas pada tanggal 28 Mei 2021 dengan tema eksistensi komunitas dan kepercayaan agama lokal Nusantara yang menghadirkan pembicara Agung Suharyanto (seniman dan akademisi) serta Yance (Antropolog dan Arkeolog) dari FISIP USU yang dimoderatori oleh Juhendri Chaniago. Para peserta hadir secara luring dan daring karena kendala Covid-19 masih massif di seluruh dunia.
Tak puas sampai di situ, diskusi seputar tema yang sama dilanjutkan pada 22 Desember 2021 masih di tempat yang sama, ruang rapat kantor Balai Arkeologi Sumatera Utara dengan menghadirkan pembicara antara lain Dr. Irfan Simatupang, Kaprodi Antropologi FISIP USU, Krt. Damar Shashangka (Ki Ajar Patembayan Jawadipa), Togi Marudut Sirait (Penghayat Parmalim) yang dimoderatori Hendrik Marpaung (Pendeta). Acara tersebut diminati banyak kalangan dengan menyeruaknya berbagai pertanyaan yang diajukan namun sayang sekali terkendala secara teknis karena gangguan sinyal karena dilakukan secara hybrid.
Pada kenyataannya di berbagai tempat di seluruh dunia ini, manusia selalu berupaya menemukan ketenangan pada batinnya untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul setiap waktu. Permasalahan itu tidak saja melulu pada aspek ekonomi, politik, gaya hidup, tuntutan sosial dan nilai-nilai yang terus berkembang dalam kehidupan, ia bisa muncul entah dari persoalan yang mana. Salah satu cara menelusurinya jika setiap orang tidak kapok untuk berhenti menemukan cara yang khas bahkan bisa jadi berbeda dari arus mainstream.
Begitulah manusia, seiring beragamnya tafsiran atas kebenaran versi agama-agama besar yang mayoritas dianut masyarakat dunia bahkan Nusantara, tetap saja banyak orang ingin menemukan jalannya sendiri sebagai pilihan untuk menemukan diri dan ketenangan batinnya dengan media reflektif yang personal melalui ajaran leluhur dari tanah kelahirannya sendiri. (dn)