Deli Art Community, Fasilitasi Launching dan Diskusi Buku Puisi Bunga di Sudut Ruang karya Atien Sukatendel
Sastra lahir dari kebutuhan manusia untuk mengekspresikan diri dan menggambarkan dunianya. Karya sastra, sebagaimana diungkap almarhum Antilan Purba (2009) merupakan pengalaman sastrawan tentang sesuatu dalam kehidupan, bisa terkait dengan benda, peristiwa, juga gagasan. Karya sastra sebagai pengalaman diwujudkan dalam bahasa secara kreatif sehingga terungkap gambaran sesuatu dalam kehidupan itu sendiri. Itulah sebagai pemaparan yang disampaikan pengulas launching dan diskusi buku Bunga di Sudut Ruang (dua bahasa), penerbit Swarnadwipa karya Atien Sukatendel yang telah diterjemahkan oleh M. Surya Faroghi.
Aishah Basar yang menjadi pengulas tunggal pun menambahkan lagi pemaparannya. Katanya yang dikutip dari Pradopo (2002), bahwa puisi lahir dari pengalaman individu dan berisi pernyataan yang padat. Puisi juga dapat digunakan sebagai upaya mengasah pikiran dan jiwa manusia, puisi merupakan alat untuk menyadarkan manusia akan nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Ia pun lebih jauh menukik ke buku karya yang sedang diperbincangkan. “Sebanyak 61 puisi ini mayoritas dituliskan dengan bahasa denotatif, lugas, seperti catatan harian yang disusun dalam larik-larik berbentuk puisi tetapi dengan diksi bermakna denotatif. Apa yang disampaikan dalam isi puisi sangat jelas tanpa selubung,” katanya.
Acara launching dan diskusi buku itu terlaksana pada Jumat, 14 Juli 2023 pukul 15.00 WIB sampai selesai di gedung PKBI Sumut, Jalan Multatuli kelurahan Hamdan kecamatan Maimun kota Medan, berlangsung dengan sangat hikmat. Usai diskusi beberapa peserta yang ingin membacakan puisi dipersilakan memilih puisi yang mana yang ingin dibaca sementara yang lain menyimaknya dengan seksama. Sebelum acara diskusi dimulai, grup Kuast yang merupakan kumpulan anak seni teater dari Universitas Pembangunan Pancabudi Medan menampilkan musikalisasi puisi, membawakan dua buah judul puisi dari buku Bunga di Sudut Ruang diiringi petikan gitar secara samar.
Atien Sukatendel adalah nama pena, nama aslinya Rahmadani Hidayatin. Sepanjang lebih dari dua puluh tahun hidupnya berkecimpung dalam bidang profesi psikologi. Ia sama sekali tidak memiliki latar belakang sastra. Namun menurut pengakuannya, ia senang menulis puisi untuk mengekspresikan hal-hal yang terjadi dalam hidup yang tidak bisa dikatakan pada orang lain sejak mahasiswa.
“Saya bahagia sekali hari ini karena telah mampu melahirkan satu buku puisi. Tentu saja ini menjadi penyemangat dan mendorong saya lebih giat lagi melahirkan buku-buku selanjutnya. Terima kasih kepada Kak Dini Usman sebagai mentor saya menulis dan kepada penerbit Swarnadwipa, juga kepada Deli Art Community yang sangat rutin menyelenggarakan kegiatan diskusi kebudayaan dan kali ini telah memfasilitasi launching dan diskusi buku saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik pengulas, moderator Darmailawati serta Haykal selaku MC dan kehadiran teman semua, sekali lagi terima kasih,” kata Atien sambil memegang sebuket bunga sebagai ucapan selamat dari sahabat dekatnya di hadapan hadirin.