Diskusi Sastra: Orang-Orang Perbatasan, Sebuah Buku dalam 62 Puisi
Peluncuran dan diskusi buku puisi berjudul Orang-orang Perbatasan, Sebuah Buku dalam 62 Puisi karya Oppungleladjingga yang diterbitkan oleh Penerbit Swarnadwipa telah berlangsung di Café and Coffee Atsiri, Jalan Bunga Terompet V Medan Selayang, Medan pada tanggal 21 Januari 2023. Buku ini dilahirkan sebenarnya untuk memperingati hari ulang tahun penyair yang aslinya bernama Zulkarnain Siregar.
Diskusi itu menghadirkan tiga orang narasumber dari latar belakang pekerjaan yang berbeda, di antaranya Dr. Bima Pranacitra, akademisi dari Universitas Harapan Medan, Aishah Basar, Kepala Sekolah dan Sastrawan dari Barus, Tapanuli Tengah serta Dhebora Krisnowati, seniman sekaligus Sekdin DISPARBUD Jember, Jawa Timur. Diskusi yang dihadiri oleh lima puluh orang dari kalangan pelajar, akademisi, seniman, pengamat sastra dan masyarakat biasa, yang dimoderasi oleh Alexander Ginting, seorang chef dan pegiat literasi. Wakil Walikota Medan, Aulia Rachman memberikan kata sambutan sekaligus meluncurkan buku tersebut yang didampingi Adlan, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Medan.
Aulia Rahman mengatakan, “Buku puisi ini tampaknya mengangkat tema orang-orang yang termarginalkan. Hal ini tentunya patut diapresiasi oleh pemerintah dan masyarakat. Berharap agar gemar membaca khususnya sastra menjadi bagian dari habit kehidupan masyarakat kota Medan. Kita juga mengharapkan adanya kerjasama Pemerintahan Kota Medan dengan para penulis melalui dinas terkait supaya bisa mendukung gerakan gemar membaca,” katanya.
“Bagi saya, karya-karya Bang Zul ini sungguh luar biasa, diksi dan kedalaman isinya sangat bagus, menyentuh perasaan dan membawa kita pada keindahan-keindahan lain dalam imajinasi, walaupun saya tahu puisi-puisinya tidak lahir dari khayalan tapi karena naik sepeda melintasi teritori desa, kelurahan, kecamatan dan kabupaten,” kata Dhebora.
Lain halnya Aishah Basar, ia menemukan banyak sekali kajian tentang leksikon kelautan dalam 62 puisi di buku Orang-orang Perbatasan. “Banyak kata-kata yang tak saya temukan di kamus ataupun dalam keseharian. Ini akan memperkaya kita untuk mengenal kata-kata itu sebagai bagian dari kekayaan bahasa kita,” katanya dalam pemaparannya.
Sementara Bima Pranacitra mengungkapkan kekagumannya ketika mengkaji buku tersebut melalui stilistika yakni sebuah kajian dalam bahasa yang mempelajari gaya bahasa. Ia menuturkan bahwa gaya bahasa Oppungleladjingga sudah sangat jarang digunakan oleh banyak penyair saat ini, sehingga pilihan diksi dan cara ungkap penyair sangat langka dan bisa menjadi referensi bagi para pelajar dan mahasiswa bahkan peneliti untuk mengkajinya. “Saya pribadi sangat menyukai membaca puisi-puisi dalam buku ini,” katanya yang kemudian membaca satu di antara 62 puisi tersebut di depan hadirin.
Kegiatan diskusi tersebut difasilitasi oleh Deli Art Community dalam program Diskusi Kebudayaan dengan tema sastra di bulan Januari 2023. “Untuk pembuka tahun 2023 Deli Art Community mengawali program organisasi dengan memberi ruang bagi tema sastra terutama puisi untuk diluncurkan dan didiskusikan. Untuk bulan selanjutnya tema-tema lain menunggu giliran,” kata Dini Usman, Ketua Deli Art Community.
Perjuangan membangun gerakan sadar membaca di seluruh lapisan masyarakat bukanlah perkara mudah. Akan tetapi jika semua pihak mengambil peran sesuai porsinya masing-masing, maka tingkat melek pengetahuan melalui kegemaran membaca bisa mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat pun akan lebih baik.