Kisah Perempuan dalam 20 Cerita Pendek
Dini Usman meluncurkan kumpulan cerita pendeknya dalam sebuah buku Perempuan, 20 Cerita Pendek di Omerta Koffie, Jalan KH. Wahid Hasyim No. 9 Medan, Sumatera Utara pada 19 September 2015 lalu. Buku setebal 170 halaman yang diterbitkan oleh Atap Buku, Jogjakarta itu dibedah oleh Hasan Albana dan Agus Susilo. Agung Suharyanto menampilkan tarian kontemporer dalam usahanya menerjemahkan Pewaris Semunding, di salah satu kumpulan cerpen. Sementara Agus Susilo membuat sebuah pertunjukan dialog yang diadopsi dari cerpen berjudul Belati. Bunda Jibril Zuhro menampilkan sebuah monolog dari cerpen berjudul Ceruk Bukit Kapur.
Buku ‘Perempuan Kumpulan Dua Puluh Cerita Pendek’ ini berupaya menguak budaya masyarakat Indonesia yang sangat patriarkhis, yang meletakkan posisi perempuan pada kelas kedua setelah laki-laki. Banyak korban kekerasan menjadi hal yang terkesan biasa saja.
Hasan Albana bertanya-tanya dalam caranya memaparkan hasil pengamatannya terhadap buku cerpen karya Dini Usman, tokoh-tokoh gila pada sebagian besar cerpen-cerpen Dini dapat sebenarnya secara tendensius mempertontonkan betapa sejak lampau perempuan kerap menjadi objek ketidakadilan.
Agus Susilo ketika mencoba memberi penilaian atas buku tersebut mengatakan kalua semua cerpen dalam buku ini bagus. “Ceritanya tidak ngawur, malah hidup dan mengganggu kemapanan. Ini realisme sosial. Cerpen-cerpen ini bagus, aneh saja kalau nggak suka,” kata Agus memuji.
Dini Usman adalah salah satu sastrawan perempuan di Sumatera Utara. Buku kumpulan cerpennya itu adalah buku keduanya setelah di tahun 2003 ia menulis buku menelisik Sejarah Perkebunan di Sumatera Timur. Kemudian di tahun 2018 ia bersama Christian Orchard Perangin-angin juga membuat buku biografi yang berkisah tentang kehidupan seorang centeng di perusahaan perkebunan yang berhasil menjadi salah satu anggota dewan legislatif di kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat. (dn)