Mencari Solusi Pengobatan Alternatif Lawan Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang mendunia sejak awal tahun 2020 hingga pertengahan 2022 di Indonesia khususnya, membawa dampak tak terperikan dalam segala sektor kehidupan. Tidak hanya persoalan kesulitan ekonomi akibat PHK massal terhadap para pekerja yang mengakibatkan penderitaan bagi keluarganya, dampak Covid-19 membawa implikasi buruk pada kesehatan fisik dan mental bagi semua orang. Kematian yang serasa sebagai hitungan data statistik berupa angka-angka itu menempatkan manusia yang tak mampu melawan virus Covid-19 atau di-Covid-kan sehingga berujung pada kematian.
Menghadapi terpaan pandemi global itu tentunya banyak cara harus ditemukan agar bisa mengatasinya. Mengeluh atau memaki-maki pihak lain yang dianggap punya andil dalam penyebarluasan virus itu hanya akan memperparah keadaan. Obat yang langka dalam satu fase, persekusi terhadap mereka yang di awal kemunculan penyebaran virus Covid-19 adalah bagian dari bencana yang semakin mematikan. Kehebohan di jagad media sosial semakin memperuncing situasi dan kondisi. Kita dihadapkan pada kepanikan dan seolah ketidakberdayaan.
Rendahnya kesadaran akibat buah pengetahuan yang dangkal ternyata semakin merata di tengah-tenah masyarakat seputar penyebaran virus itu. Ada yang begitu percaya bahwa pengobatan secara medislah yang paling mujarab untuk mengatasinya. Namun ada yang justru tertawa sembari menikmati khasiat ramuan sebagai obat alternatif yang berada di sekeliling kita.
Memang dunia medis berhasil menemukan data seberapa banyak manusia bisa dideteksi mengidap virup Covid-19, sebagian besar meninggal dunia dan sebagian lagi sebagai survivor hingga hari ini baik-baik saja. Akan tetapi ada ternyata upaya tradisional telah dilakukan di masyarakat untuk melawan kegalauan, kesedihan dan situasi yang panic itu secara senyap.
Dalam rangka mengetahui khasiat ramuan tradisioanal dari leluhur di masa lampau untuk melawan ganasnya virus tersebut, DAC mengundang Lely Hapsari, aktivis perempuan yang bergiat di lembaga Hapsari, Perbaungan, Sumatera Utara yang telah memproduksi ramuan bernama Samilakor singkatan dari Sari Minuman Rempah Lawan Corona secara daring dan luring dengan para peserta yang sangat ingin mengetahuinya.
Bahan dari ramuan itu sangat sederhana, disesuaikan dengan kondisi personal dari masing-masing orang yang ingin menikmatinya. Adapun bahannya antara lain kunyit, temulawak, kencur, gula merah, jahe, serai, daun bambu cina dan jeruk melon. Lely menerangkan secara detail bagaimana mengolahnya dengan benar agar hasilnya optimal. Acara yang dipandu Dini Usman dari ruang aula Balai Arkeologi, Sumut itu berakhir pada pukul 22.00 WIB. (dn)