Merawat Kesehatan Mental Sebuah Keharusan
your situation is nothing, your response is everything
Di tanggal 24 Februari bertepatan dengan hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran, Diskusi Kebudayaan yang diselenggarakan rutin oleh Deli Art Community mengambil tema kesehatan mental, tepatnya bagaimana merawat kesehatan mental diri, keluarga dan masyarakat. Acara ini dilaksanakan di Aula FISIP USU Jalan Dr. Sofyan No. 1 Padang Bulan Medan pada pukul 14.00 WIB sampai selesai yang dihadiri oleh masyarakat dan mahasiswa yang telah menghubungi panitia. Tema ini penting diangkat karena bila manusia mengalami masalah terhadap kesehatan mentalnya, selain tidak produktif ia akan kesulitan menjalin komunikasi dan hubungan secara normal dengan lingkungan sekitarnya.
Memahami kesehatan mental itu amatlah penting, sama pentingnya kita memahami dan tahu bagaimana caranya merawat kesehatan fisik dengan benar. World Health Organization (WHO) sebagai badan dunia yang menangani kesehatan, mendefinisikan kesehatan mental sebagai suatu status atau kondisi sehat secara utuh baik fisik, rohani dan sosial, bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang sehingga memungkinkan untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Atin Sukatendel seorang psikolog yang menjadi narasumber dalam diskusi lebih jauh memaparkan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi di mana seorang individu memiliki lima hal penting dalam dirinya yakni kesejahteraan yang tampak dari dirinya, mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan serta mampu berkontribusi kepada komunitasnya.
Dari pengertian itu semua tampaklah bahwa kesehatan mental merupakan hal yang sangat fundamental untuk bisa dirasakan oleh semua orang tanpa pandang bulu di mana saja dan kapan saja sepanjang hidupnya. Pertanyaannya kemudian apa yang disebut dengan mental itu? Mental kata Atin dalam pemaparannya menjelaskan sebagai rangkaian dari pikiran, emosi, karakter, jiwa dan perilaku.
Kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh beragam peristiwa dalam kehidupan seseorang yang tentunya meninggalkan dampak pada kepribadian dan perilaku. Peristiwa-peristiwa yang pernah dialami seseorang itu dapat berupa apa saja ada yang baik dan menyenangkan dan ada yang buruk seperti pengalaman akan kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, bullying dan sebagainya. Dari pengalaman itu pada setiap orang berbeda-beda menghadapinya dan menyelesaikannya serta berbeda pula cara meresponnya.
Masalah akan selalu ada dalam hidup, bagaimana meng-coping masalah akan membantunya untuk dapat menangani masalah dengan baik, kata Zakaria Yosep Tien, ahli hipnoterapi yang banyak memberikan tips kepada hadirin bagaimana menangani masalah kecemasan ataupun stres. Ia melanjutkan, ketika dihadapkan dengan masalah tentunya tidak untuk dihindari akan tetapi untuk diselesaikan agar tidak timbul masalah yang baru sehingga akan menciptakan tumpukan masalah, katanya lagi.
Coping adalah sebuah istilah yang umum digunakan dalam psikologi. Menurut seorang ahli bernama Lazarus dan Folkman, coping merupakan sebuah proses dalam mengatur atau mengatasi tekanan secara internal maupun eksternal, yang dianggap membebani batas kemampuan dari individu.
Bila seseorang tidak mampu menangani masalahnya, sebaiknya tidak diam dan menganggapnya angin lalu. Akan tetapi ia harus memiliki tekad untuk mencari dan menemukan solusi. Misalnya dengan mendatangi psikolog, petugas di klinik kesehatan mental ataupun barangkali melihat potensi yang ada di lingkaran sekitarnya, apakah memungkinkan untuk “curhat” kepada teman yang tentunya dapat dipercaya agar bisa membantunya tapi dengan catatan tidak menciptakan masalah baru.
Yosep juga mengatakan bahwa sebenarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi asalkan dirinya sendiri benar-benar berkeinginan untuk keluar dari masalah. Salah satu di antaranya dengan mencoba mengenali apa saja yang membuat diri merasa mudah cemas, gelisah atau mudah kalut sehingga seolah kehilangan kendali. Dengan mengenali dan mengamati semua hal-hal itu dengan baik, maka akan memudahkannya mencari jalan keluar.