Peluncuran dan Diskusi Buku : Manusia dan Kebudayaannya, Sebuah Perspektif antara Habil dan Kabil
Buku berjudul Manusia dan Kebudayaannya, Sebuah Perspektif antara Habil dan Kabil adalah karya A. Yusran bergelar Datuk Majoindo, salah seorang budayawan asal tanah Minang yang telah bermukim di Sumatra Utara. Selain menjadi penulis lepas, almarhum yang telah berpulang pada tanggal 30 Maret 2021 lalu ini memang banyak meninggalkan warisan berharga berupa buah pemikiran yang telah dirangkumnya dalam berbagai artikel, puisi, cerita pendek ataupun novel.
“Saya beli buku dengan judul manusia dan kebudayaannya sebuah perspektif antara Habil dan Kabil ini langsung dari penerbitnya dua minggu lalu. Saya mencoba memahami isinya. Saya ingin memberi apresiasi bahwa karya ini ditulis dengan gaya yang sangat lentik, begitu menarik; tutur katanya sangat indah dan padat. Banyak sekali pelajaran penting yang bisa dipetik dari buku berharga ini. Terus terang, saya sebagai feminis mengakui bahwa penulis buku ini adalah seorang lelaki baru dalam kehidupan,” kata Riany Sitanggang, yang berprofesi sebagai dosen sekaligus pendeta yang tengah menempuh pendidikan doktoral saat memberi tanggapan dalam peluncuran dan diskusi buku pada Hari Jumat, 29 September 2023 pukul 14.30-17.00 WIB di Aula FISIP USU Jalan Dr. A. Sofyan, Padang Bulan Medan.
Apa yang diungkapkan Riany itu tidak jauh berbeda dari pendapat kedua pengulas yakni pakar antropologi dan arkeologi, Drs. Yance, M.Si, dosen di FISIP USU dan Tikwan Raya Siregar, jurnalis sekaligus kritikus sastra di Sumut yang dipandu Hendry Marpaung, yang berprofesi sebagai pendeta dan petani.
Yance mengatakan bahwa secara biologis memang perempuan itu lebih tua dua bulan setengah ketimbang laki-laki. Karena, saat janin dalam kandungan, identitas seksual manusia itu jenis kelaminnya perempuan, setelah melewati dua bulan setengah maka akan terjadi perubahan atau justru menetap,” katanya memberi ulasan.
Yance mengakui pikiran-pikiran almarhum A. Yusran yang ditampilkan di dalam buku Manusia dan Kebudayaannya Sebuah Perspektif antara Habil dan Kabil ini telah memberi pelajaran penting dan berharga bagi umat manusia, selain menyinggung persoalan moralitas yang dianalogikan melalui pendekatan Kabil dan Habil dalam perspektif agama samawi penulis buku memahami betul akan kompleksitas manusia.
“Buku ini menguak kompleksitas manusia yang sangat rumit dan unik. Hal ini diperkuat dalam tesis A. Yusran yang pantas diajukan secara nasional, bahwa beliau mengatakan sejarah manusia itu belum dimulai,” kata Yance sambil berdiri di podium di hadapan sembilan puluhan orang yang hadir.
Tikwan Raya Siregar, pengulas kedua dengan jujur mengakui kalua dirinya sudah tiga kali berkesempatan membedah buku dengan judul yang berbeda dari karya almarhum A. Yusran.
“Datuk ini sangat lihai menuliskan pemikirannya, demikian halus mengemukakan pandangan-pandangannya melalui karya. Selaku pemangku adat, ia pun telah menuntaskan tanggung jawab dan sikapnya yang otentik membela adat alam Minangkabau sebagai solusi bagi masyarakat. Datuk juga secara ekspresif mengemukakan pembelaannya terhadap kaum perempuan. Buku ini menjadi warisan tinggi baik bagi keluarga maupun masyarakat Minang bahkan untuk Indonesia dan dunia,” kata Tikwan Raya panjang lebar Ketika berdiri di atas panggung memegang mikrofon.
Dini Usman, Ketua Deli Art Community dalam keterangannya mengatakan, “Launching dan diskusi buku Manusia dan Kebudayaannya, Sebuah Perspektif antara Habil dan Kabil karya A. Yusran yang diterbitkan oleh Penerbit Swarnadwipa setebal 224 halaman terselenggara berkat adanya kerjasama yang baik antara Deli Art Community, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemko Medan serta FISIP USU. Kami mengucapkan terima kasih yang tulus karena diberi kesempatan untuk merealisasikan berbagai program DAC untuk kemajuan gerakan literasi di Sumatra Utara. Semoga ke depan tetap demikian dan semakin harmonis,” katanya.