Peran Seniman dalam Arus Perubahan
Seniman sebagai agen perubahan. Sebutan ini kedengarannya indah di telinga, tapi realitasnya masih perlu dikaji ulang. Hari ini, siapa yang mau mendengar kata seniman, dan siapa yang tahu peran seniman dalam kehidupan? Hari ini, kegelisahan seniman seakan menguap seiring cita-citanya, semisal turut serta mencerdaskan dan mendesain kehidupan berbangsa dengan segala macam kepentingan di dalamnya. Alih-alih mau bicara peran seniman dalam perubahan, peran seniman justru termarjinalkan, baik posisinya dalam masyarakat maupun nasib karya-karyanya pada apa yang kita sebut sebagai ruang kreativitas.
Menyimak kenyataan inilah maka tumbuh satu keinginan merangkul dan mengajak para seniman untuk memetakan kembali posisinya dan bagaimana agar potensi kreatifnya itu punya daya gugah dalam memajukan kesenian dan kebudayaan secara umum di tanah air. Kolaborasi secara massif antar seniman perlu juga dijadikan sebagai ajang apresiasi, agar para seniman bisa saling asah, saling asuh, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi dinamika perubahan pada masyarakat global.
Tentu gagasan ini bukanlah hal baru. Mengutip petuah lama, lancar kaji karena diulang. Deli Art Foundation (waktu diskusi ini dilangsung) kini berubah menjadi Deli Art Community mencoba menawarkan kembali gagasan ini, supaya seniman tidak lupa pada perannya sebagai agen perubahan. Ke depan, gagasan ini diharapkan makin berkembang dan meluas dengan berbagai masukan dan kritikan kreatif menuju gairah berkesenian yang lebih apresiatif lagi.
Melalui diskusi tematik, DAC mencoba merangkai gagasan ini dengan mengajak para seniman berdiskusi tentang perannya dalam arus perubahan dan upaya untuk menemukan curah gagasan seputar dunia kesenian yang selanjutnya diharapkan dapat memberikan wawasan segar terhadap substansi kegiatan seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayaan manusia.
Kegiatan ini terlaksana pada hari Sabtu, 25 Juni 2016 meminjam Aula Balai Lingkungan Hidup (BLH) di Jalan Teuku Daud No.5, Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara. Menghadirkan dua narasumber yakni Profesor Subanindyo Hadiluwih (almarhum), seorang seniman dan sekaligus menjabat sebagai rektor di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Medan dan Irwansyah Hasibuan (pengamat sosial budaya dan aktivis lingkungan hidup) yang dimoderatori oleh Dini Usman.
Acara diskusi ini berlangsung sangat seru karena kehadiran banyak seniman dari berbagai bidang seperti seni tari, lukis, sastra, teater dan para penikmat seni serta para pengamat. Mereka saling mempertanyakan dan mencurahkan segala keluh kesah berkesenian dan peran seniman yang tidak punya tempat berarti dalam lapisan masyarakat ketika berhadapan dengan kekuasaan dan persoalan ekonomi. (dn)