Peringati Hari Perempuan Sedunia
Berbagi Pengalaman, Menguatkan Persaudaraan
Isu perempuan merupakan topik pembicaraan yang tetap hangat sepanjang masa. Beragam gelombang pergerakan sosial untuk mencapai kesetaraan manusia berbasis HAM telah digaungkan sejak lama oleh para pegiat HAM yang revolusioner dari beragam ideologi. Ditetapkannya tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia, Women’s Day merefleksikan perjuangan pencapaian kesetaraan ini masih menemukan banyak sekali hambatan dan tantangan di setiap masyarakat yang ada di seluruh dunia. Tak terlepas di Indonesia sebagai negara sedang berkembang dengan corak budaya agraris, gerakan emansipasi ini menemukan kekhasannya tersendiri dan caranya tersendiri pula untuk tetap eksis.
Tokoh perempuan legendaris yang pernah muncul di Nusantara sangatlah banyak, bahkan sangat jauh kurun waktunya sebelum masa kemerdekaan diraih di tahun 1945. Tindakan nyata mereka sangat menginsipirasi siapa saja yang ingin mengetahui lebih jauh tentang apa saja yang pernah mereka torehkan sepanjang hidupnya. Bagaimana mereka muncul dengan cara yang unik disebabkan situasi dan kondisi yang terjadi di masa mereka hidup juga patut menjadi catatan. Artinya apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu itu kiranya bisa menjadi cerminan bahwa yang disebut sebagai perjuangan untuk perubahan adalah sebuah keharusan, tidak mengenal ruang juga waktu dan menjadi bagian dari “lakon hidup” setiap orang tanpa pandang bulu.
Salah satu dari tujuan pembangunan berkelanjutan sebanyak 17 poin yang secara global telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia adalah upaya kongkrit bagaimana pembangunan untuk perdamaian dan kemakmuran manusia di planet bumi di masa sekarang dan masa depan itu mencakup persoalan kesejahteraan lahir dan batin bagi perempuan sebagai salah satu gender yang patut diperhitungkan dalam kehidupan sosial masyarakat. Oleh karenanya di tanggal 21 Maret 2023, bertempat di sekretariat Deli Art Community, program rutin Diskusi Kebudayaan di bulan Maret mengangkat tema besar itu sebagai bahan perbincangan.
Menghadirkan sekitar dua puluh orang aktivis perempuan dan HAM untuk duduk bersama secara santai, berbagi sedikit kisah perjalanan dalam menggauli upaya pemberdayaan perempuan dan anak serta isu-isu lain yang dihadapi kelompok-kelompok marginal sangatlah menarik. Selain membangun silaturahmi, para individu baik akademisi, praktisi dan perwakilan dari kelompok kerja dari masing-masing sektor. Semoga ke depan akan semakin terjalin erat hubungan silaturahmi dalam rangka penguatan relasi, refleksi dan kerja-kerja penyadaran untuk hidup lebih baik.