Siksa Dosa di Ujung Usia
Menemukan Warisan Berharga dalam Karya Sastra, Kumpulan 13 Cerpen dalam Siksa Dosa di Ujung Usia
Kumpulan 13 cerita pendek karya A. Yusran yang telah diluncurkan di hari Jumat, 25 Maret 2022 dibedah oleh dua pemantik diskusi untuk ditanggapi para peserta. Kegiatan itu berlangsung di ruang lobi Kantor UPT Taman Budaya Sumut yang diselimuti kain hitam.
Adalah seorang Bishop Gereja Methodist Merdeka Indonesia bernama Romulus Z.I. Siahaan, yang juga seorang penulis dan satu lagi seorang pengkritik sastra Tikwan Raya Siregar mencoba membedah isi pikiran pengarang Sumut kelahiran Bukittinggi, 19 Januari 1940 yang telah berpulang dalam keabadian pada 30 Maret 2021 lalu. Acara diskusi dipandu aktor teater sekaligus berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia, Haykal Abimayu.
Dalam paparannya, Romulus menyebutkan 13 cerpen karya A. Yusran merepresentasikan isi pikiran, pengamatan sekaligus potret pribadi pengarang. Romulus mengaku dirinya cukup kenal dengan si pengarang. Ia bahkan sudah lama menjalin persahabatan dengan pengarang.
“Jika bertemu, kami betah berdiskusi berjam-jam,” ujar Romulus. Karena itu ia paham bahwa ketigabelas cerpen itu menunjukkan pikiran-pikiran sahabatnya itu. “Saya rasa karya ini memang sangat berguna bagi generasi mendatang,” katanya.
Sedang Tikwan Raya mengungkapkan bahwa karya A. Yusran merupakan sebuah tawaran untuk menemukan jalan pulang. Cerpen-cerpen itu menurutnya tidak dimaksudkan untuk konsumsi semua kalangan. Apalagi untuk generasi milenial yang kurang membaca.
“Cerpen-cerpen Datuk ini sedikit peminatnya. Karena untuk memahami jalan pikirannya harus banyak membaca. Dan tentu saja harga yang harus dibayar mahal oleh pengarang sendiri ialah dirinya kesepian, karena jalan pikirannya tidak banyak diminati dan dimengerti oleh banyak orang ketika ia hidup, tapi hanya sedikit orang. Begitulah nasib para pemikir biasanya. Ketika dia sudah tiada, suaranya akan lebih keras lantang dari dalam kuburannya,” kata Tikwan. (dn)