Tesis Ali Yusran Tentang Manusia
Oleh Yance
(In Memoriam Ali Yusran Datuk Majoindo)
Lahir : 19 Januari 1940
Wafat : 30 Maret 2021
Tulisan ini didedikasikan untuk almarhum Ali Yusran
Prolog
Alkisah pada 2400 tahunan lalu di kota Athena, Yunani terjadi kegemparan. Seorang filsuf beken bernama Diogenes membuat tindakan yang menyinggung perasaan banyak orang. Pada suatu siang, di bawah terik sinar matahari, Diogenes berjalan hilir mudik membawa obor dan menerangi wajah orang yang berpapasan dengannya, sambil bergumam, “Bukan ini yang kucari.” Orang yang wajahnya disorot obor bertanya pada Diogenes, *Apa dan siapa yang kau cari?” Diogenes menjawab tegas, “Aku mencari sosok yang namanya manusia, tapi sampai sejauh ini belum aku temukan.” Dapat dibayangkan betapa mendongkol dan marah orang yang diperlakukan demikian, tetapi Diogenes tidak peduli dengan respon orang atas
kelakuannya.
Ucapan Diogenes masih relevan hingga kini. Sudah ribuan literatur, jurnal penelitian yang memerikan sosok yang namanya manusia, tetapi belum ada kata sepakat di antara para ahli di sepanjang zaman tentang apa dan siapa manusia. Para pakar dari garda terdepan di setiap disiplin ilmu memberikan definisi yang berbeda-beda. Filsafat, ideologi dan sains belum berhasil menuntaskan jawaban atas pertanyaan mendasar tentang manusia.
Dalam situasi status quo itu tiba tiba seorang pemikir merdeka menghentak komunitasnya yakni para budayawan dan seniman dengan melontarkan pikirannya (menurut penulis sudah layak disebut tesis), dengan membuat pernyataan Sejarah Manusia Belum Dimulai. Tesis tersebut dilontarkan beberapa kali oleh Ali Yusran, di dalam salah satu karya beliau dalam bentuk cerita pendek yang berjudul Di Sepenggal Waktu, diterbitkan dalam buku kumpulan cerita pendek, diberi judul sampul Siksa Dosa di Ujung Usia, Penerbit Swarnadwipa, Medan tahun 2022.
Konstruksi Pemikiran
Pengertian sejarah dapat dipahami dengan membuat klasifikasi atau taksonomi yaitu:
1. Sejarah sebagai fakta kejadian yang sudah berlangsung (ex post facto).
2. Sejarah sebagai kejadian yang sudah berlangsung dan dituliskan (historiografi).
Segala sesuatu yang dituliskan, pada umumnya adalah fenomena yang sudah dikenali, dipindai, diidentifikasi, diobservasi, diukur, dianalisis, diinterpretasi, kemudian hasilnya dituliskan. Dengan dasar pikiran ini, maka sesuatu yang masih serba belum jelas, kabur, belum dapat dituliskan. Ketika suatu fenomena belum dituliskan, maka sejarah sebagai sesuatu yang ditulisankan, praktis belum dimulai. Konstruksi pemikiran ini perlu didukung
oleh argumentasi yang masuk akal dan diperkuat dengan fakta-fakta empirik.
Silang Pendapat tentang Manusia
Tiap disiplin ilmu menyodorkan definisi tentang manusia. Beberapa contoh di bawah ini dapat memperjelas pernyataan di atas:
- Beragam aliran filsafat merumuskan definisi manusia (hasil interpretasi dan ekstraksi pemikiran dari penulis). Di antaranya, manusia adalah mahluk bi/multi dimensional, mahluk sosial, sekaligus mahluk individu, mahluk yang memiliki kesadaran transendental, mahluk yang memiliki akal budi, nafsu.
- Ilmu genetika memberi definisi, manusia adalah spesies yang memiliki 23 pasang kromosom. Manusia adalah satu satunya spesies yang berhasil memerikan dan menulis peta genomnya.
- Ahli biologi revolusioner/paleoantropologi mendefinisikan manusia adalah spesies yang berjalan tegak dengan dua kaki.
- Ahli ilmu perilaku mendefinisikan manusia sebagai spesies yang memiliki imajinasi tanpa batas dan mampu bekerja sama tanpa batas.
- Ahli bahasa/linguistik mendefinisikan manusia adalah spesies yang mampu berpikir abstrak, menciptakan konsep mengembangkan bahasa vokal, dan menciptakan simbol/lambang yang mewakili bunyi vokal tertentu
- Ahli bio kimia. mikrobiologi dan neuro sains mendefinisikan manusia adalah mahluk yang tersusun dari komposisi biofisik dan senyawa-senyawa kimia yang diproses secara algoritma dengan menggunakan operasi-operasi matematika. Konsekuensi dari definisi ini adalah manusia tidak ada beda dengan mahluk-mahluk lain di alam.
Paparan di atas sudah menunjukkan keberagaman definisi tentang manusia. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang manusia?
Peta Jalan untuk Memahami Manusia
Untuk memahami manusia, perlu diketahui bagaimana proses kemunculan manusia di bumi dan proses perkembangannya hingga terwujudnya bentuk fisik seperti yang disaksikan pada hari ini. Ada tiga jalur lintasan yang dapat ditempuh untuk tujuan tersebut:
- Jalur fosil, memberikan gambaran tentang wujud manusia di masa lalu dan proses perkembangannya hingga sekarang. Potongan potongan dan serpihan fosil direkonstruksi oleh para pakar paleontologi/paleoantropologi dengan ketekunan dan ketelitian tingkat dewa. Hasilnya adalah kepingan kepingan mozaik yang tidak lengkap, masih menyisakan banyak celah yang harus diisi. Masih menunggu temuan temuan yang diharapkan dapat memperjelas bentuk mozaik. Ironisnya sering sekali temuan baru bukan makin memperjelas, justru membuat gambaran yang lebih kabur, buram, bahkan harus merombak susunan yang sudah ada. Temuan yang sifatnya fragmentaris, sangat berpotensi menimbulkan perdebatan panjang di antara para ahli. Dapat dikatakan pengetahuan yang di dapat dari jalur fosil sifatnya belum final, masih penuh dengan perbedaan pendapat. Justru hal ini yang membuat disiplin ilmu ini menarik untuk dipelajari. Perbedaan pendapat terjadi di semua sektor, mulai dari objek temuan, metode yang digunakan, instrumen yang digunakan, teknik analisis yang digunakan, interpretasi hasil penelitian.
- Jalur genetika, memberikan hasil yang lebih pasti, khususnya untuk manusia yang hidup di masa kini. Genom manusia sudah berhasil dipetakan seluruhnya, tetapi masih banyak aspek yang belum terungkap. Manusia adalah satu satunya spesies yang berhasil menuliskan genomnya. Di antara aspek yang belum terungkap adalah berbagai mekanisme acak dalam berbagai mutasi genetik.
- Jalur budaya/artefak. Jalur ini masih lebih menjanjikan dibanding jalur fosil, walaupun juga tidak pernah sepi dari perdebatan. Jalur ini memberikan pengetahuan tentang pembentukan proses proses pembentukan budaya dan perkembangan peradaban, menjelaskan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan alam lingkungannya serta pengaruh / dampaknya terhadap alam.
Semua pengetahuan yang diperoleh dari tiga jalur tersebut di atas tidak pernah utuh, lengkap, selalu meninggalkan pertanyaan dan celah kosong yang masih harus dilengkapi. Pengetahuan tentang manusia di masa kini diperoleh dari hasil hasil riset di bidang ilmu-ilmu perilaku (sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi), anatomi, biologi, mikrobiologi, genetika, ilmu kedokteran dengan berbagai cabangnya, neuro sains dan sebagainya. Semua pengetahuan tentang manusia yang diperoleh dari hasil riset ilmu ilmu di atas tetap saja tidak pernah tuntas. Kesimpulan sementara, sosok manusia belum dapat diuraikan secara tuntas. Oleh karena gambaran utuh tentang manusia belum diperoleh, maka konsekuensinya, sejarah manusia belum dapat ditulis. Konsekuensi berikutnya, sejarah manusia belum dimulai. Dengan demikian maka tesis Ali Yusran memiliki dasar argumentasi yang logis dan didukung oleh fakta empirik.
Epilog
Penulis tidak pernah bertemu muka dengan almarhum Ali Yusran. Penulis berkenalan dengan beliau melalui alam pikiran dengan membaca tulisan-tulisannya. Dari penelusuran karya tulisnya, penulis berusaha memerikan profilnya. Ali Yusran adalah seorang humanis, pemikir bebas/merdeka dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata manusia umumnya serta sangat mandiri. Keistimewaan lain yang dimilikinya dan jarang dimiliki manusia umumnya adalah kemampuan/daya tahan/daya juangnya untuk tetap survive di tengah badai tekanan hidup yang menderanya. Kemampuan tersebut setara dengan yang dimiliki tokoh imajinasi Rambo. Selain dari bacaan, penulis juga mendapat informasi tentang Ali Yusran dari Dini Sriwati, seorang sahabat yang juga berstatus sebagai istrinya selama puluhan tahun. Akhirnya penulis mengucapkan salute kepada almarhum Ali Yusran. Semoga Beliau tenang dan damai di alam keabadian.
Salam sehat dari Meneer XVI (Yance) di De La Rive Ouest, Dosen di FISIP USU mengampu
mata kuliah antropologi, arkeologi, matematika, lingkungan dan biologi